JOMBANG – Senyum anak-anak di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Jombang seharusnya merekah menyambut program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai penyelamat gizi bangsa. Namun, kenyataan pahit justru yang mereka telan. Bukannya mendapat asupan yang baik, malah sebaliknya, sejumlah siswa justru harus menanggung derita sakit perut, mual, hingga diare setelah menyantap hidangan yang disediakan. Kisah ini bukan sekadar tentang makanan basi, melainkan sebuah cerminan betapa rapuhnya sebuah program besar jika eksekusi di lapangan jauh dari kata profesional.
Peristiwa ini bermula dari keluhan para orang tua. Mereka heran mengapa anak-anak mereka mendadak sakit. Setelah diselidiki, kecurigaan mengarah pada program MBG yang baru saja diluncurkan di sekolahnya. Nasi goreng yang diduga basi, buah jeruk yang sudah membusuk, bahkan susu kemasan yang diduga kadaluarsa. Puncaknya, ada siswa yang dilarikan ke dokter.
Kabar ini cepat menyebar dan sampai ke telinga Dewan Pendidikan Jombang. Tanpa menunggu lama, Ketua Dewan Pendidikan, Cholil Hasyim, bersama timnya langsung turun ke sekolah hingga Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Kepatihan. Mereka mendatangi langsung dan mengumpulkan informasi dari siswa, guru, hingga kepala sekolah hingga pemilik SPPG.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami datang setelah ada aduan dari masyarakat. Temuan di lapangan sungguh mencengangkan. Ada susu kadaluarsa, jeruk yang sudah berulat, dan nasi goreng basi. Ini tidak bisa dibiarkan,” tegas Cholil Hasyim, raut wajahnya menunjukkan kekecewaan mendalam, saat diwawancarai Rabu (3/9/2024).
Di tengah suasana penuh ketidakpastian itu, Kepala SMP Negeri 2 Jombang, Etik Nuroidah, berusaha menjelaskan posisi mereka. Ia mengakui, pihak sekolah hanya sebagai penerima manfaat. Namun, ia juga tak menampik adanya persoalan. “Ada keterlambatan pengiriman yang sangat merugikan. Makanan seharusnya tiba jam 11 siang, tapi baru datang jam 1 siang. Anak-anak kelaparan. Bahkan wali kelas harus berkorban membelikan roti,” kata dia.
Etik pun mengaku telah memberikan imbauan kepada siswanya, apabila ada yang kurang layak untuk segera dilaporkan.
“Kami sudah mengimbau siswa, jika ada makanan yang tidak layak, segera laporkan. Kami akan tindak lanjuti,” ujarnya, mencoba menenangkan.
Penyalur makanan MBG di Jombang adalah SPPG Kepatihan dari Yayasan Puspa Wijaya Abadi. Lilis Wijayati, yang mengaku sebagai vendor menerangkan, pihaknya mengakui adanya kendala. Sebab, menurutnya ini masih tahap awal dan masih butuh penyesuaian.
“Ini masih tahap awal, kami akui ada keterlambatan. Ini akan jadi pelajaran buat kami. Kami berjanji akan lebih tepat waktu,” katanya.
Namun, saat disinggung soal temuan susu kadaluarsa, Lilis membantahnya dengan tegas. “Soal susu, bisa dicek langsung, itu tidak ada yang kadaluarsa,” tandasnya.















